Selasa, 12 Maret 2013

Diposting oleh Unknown di 06.25

ASAL USUL TARI GUEL ACEH
asal usul tari guelCerita Rakyat: Asal Usul Tari Guel Aceh– Tersebutlah dua bersaudara putra Sultan Johor, Malaysia. Mereka adalah Muria dan Sengede.
Suatu hari, kakak beradik itu meng gem bala itik di tepi laut sambil bermain la­yang-layang. Tiba-tiba datang badai dah syat se hin gga benang layang-layang me reka pun putus. Sekuat tenaga mereka mengejar layang-layang ter sebut. Mere ka lupa bahwa pada saat itu me reka sedang menggembala itik, hingga itiknya pun pergi entah ke mana.
Setelah gagal menemukan layang-layang mereka, barulah mereka teringat akan itik-itik mereka. Tetapi malang, itik-itik itu tak lagi nampak. Mereka pun pulang dengan ketakutan akan mendapat marah dari orangtua mereka.
Benar juga apa yang mereka pikir kan. Setiba di rumah, mereka dimarahi ayah mereka. Mereka juga disuruh mencari itik-itik itu, dan tak diizinkan kembali sebelum itik-itik yang hilang itu ditemukan kembali.
Berhari-hari bahkan berbulan-bulan mereka berjalan mencari itik mereka, tapi tak membawa hasil hingga akhirnya mere ka tiba di Kampung Serule. Dengan tubuh yang lunglai mereka menuju ke sebuah meunasah/langgar dan tertidur lelap. Pagi hari nya mereka ditemukan oleh orang kam pung dan dibawa menghadap ke istana Raja Serule. Di luar dugaan, mereka malah di angkat anak oleh baginda raja.
Beberapa waktu berlalu, rakyat Seru le hidup makmur, aman, dan sentosa. Hal ini di­karenakan oleh kesaktian kedua anak tersebut. Kemakmuran rakyat Serule itu mem buat Raja Linge iri dan gusar, se hing ga meng ancam akan membunuh kedua anak ter sebut. Malang bagi Muria, ia ber hasil di bunuh dan di makamkan di tepi Sungai Samarkilang, Aceh Tenggara.
Pada suatu saat, raja-raja kecil ber kumpul di istana Sultan Aceh di Kutaraja. Raja-raja kecil itu mempersembahkan cap usur, semacam upeti kepada Sultan Aceh. Saat itu, Cik Serule datang bersama Sangede. Saat itu, Raja Linge juga hadir. Saat Raja Serule masuk ke istana, Sangede menung gu di halaman istana.
Sambil menunggu ayah angkatnya, Sa ngede menggambar seekor gajah yang ber warna putih. Rupanya lukisan Sangede ini menarik perhatian Putri Sultan yang ke mu di an meminta Sultan mencarikan se ekor ga jah putih seperti yang digambar oleh Sangede.
Sangede kemudian menceritakan bah wa gajah putih itu berada di daerah Gayo, pa dahal dia sebenarnya belum per nah me lihatnya. Maka, saat itu juga Sultan me me rintahkan Raja Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih tersebut gu na dipersembahkan kepada Sultan. Raja Se ru le dan Raja Linge benar-benar kebi ngu ng an, bagaimana mungkin mencari se suatu yang belum pernah dilihatnya.
Sangede menyesal karena bercerita bahwa gajah putih itu ada di Gayo hingga ayah angkatnya mendapat tugas mencari nya. Dalam kebingungan itu, suatu malam Sangede bermimpi bertemu dengan Muria yang memberitahu bahwa gajah putih itu berada di Samarkilang, dan sebenarnya ga jah putih itu adalah dirinya yang menjel ma saat dibunuh oleh Raja Linge.
Pagi harinya, Sangede dan Raja Seru le yang bergelar Muyang Kaya pergi ke Sa mar kilang seperti perintah dalam mimpi Sangede. Benar juga, setelah beberapa sa at mencari, mereka berdua menemukan ga jah putih itu sedang berkubang di ping gir an sungai.
Sangede dan Raja Serule Muyang Kaya kemudian dengan hati-hati mengena kan tali di tubuh gajah yang nampak pe nurut itu. Tetapi saat akan dihela, gajah pu tih itu lari sekuat tenaga. Raja Serule dan Sa ngede tak mampu menahannya. Mereka ha nya bisa mengejarnya hingga suatu saat ga j ah itu berhenti di dekat kuburan Muria di Samarkilang.
Anehnya, gajah putih itu berhenti se perti sebongkah batu. Tak bergerak sedikit pun meski Sangede dan Raja Serule men coba menghelanya. Berbagai cara dicoba oleh Sangede agar gajah putih itu mau beranjak dan menuruti perintahnya untuk diajak pergi ke istana Kutaraja. Tetapi, se mua nya sia-sia.
Sangede kehabisan akal. Akhirnya, dia bernyanyi-nyanyi untuk menarik perhatian gajah putih. Sambil bernyanyi, Sangede meliuk-liukkan tubuhnya. Raja Serule ikut-ikutan menari bersama Sangede di depan gajah putih agar mau bangkit dan menuruti perintahnya. Di luar dugaan, gajah putih itu ter tarik juga oleh gerakan-gerakan Sa nge de, dan kemudian bangkit. Sangede te rus menari sambil berjalan agar gajah itu meng ikuti langkahnya. Akhirnya, gajah itu pun meng ikuti Sangede yang terus menari hingga ke istana. Tarian itu disebutnya tari an Guel hingga sekarang.
Sangede menyadari bahwa sesuatu ajakan kepada seseorang atau kepada binatang tidaklah harus dengan cara yang kasar. Dengan sebuah tarian pun akhirnya gajah putih itu menuruti ajakannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 12 Maret 2013

Diposting oleh Unknown di 06.25

ASAL USUL TARI GUEL ACEH
asal usul tari guelCerita Rakyat: Asal Usul Tari Guel Aceh– Tersebutlah dua bersaudara putra Sultan Johor, Malaysia. Mereka adalah Muria dan Sengede.
Suatu hari, kakak beradik itu meng gem bala itik di tepi laut sambil bermain la­yang-layang. Tiba-tiba datang badai dah syat se hin gga benang layang-layang me reka pun putus. Sekuat tenaga mereka mengejar layang-layang ter sebut. Mere ka lupa bahwa pada saat itu me reka sedang menggembala itik, hingga itiknya pun pergi entah ke mana.
Setelah gagal menemukan layang-layang mereka, barulah mereka teringat akan itik-itik mereka. Tetapi malang, itik-itik itu tak lagi nampak. Mereka pun pulang dengan ketakutan akan mendapat marah dari orangtua mereka.
Benar juga apa yang mereka pikir kan. Setiba di rumah, mereka dimarahi ayah mereka. Mereka juga disuruh mencari itik-itik itu, dan tak diizinkan kembali sebelum itik-itik yang hilang itu ditemukan kembali.
Berhari-hari bahkan berbulan-bulan mereka berjalan mencari itik mereka, tapi tak membawa hasil hingga akhirnya mere ka tiba di Kampung Serule. Dengan tubuh yang lunglai mereka menuju ke sebuah meunasah/langgar dan tertidur lelap. Pagi hari nya mereka ditemukan oleh orang kam pung dan dibawa menghadap ke istana Raja Serule. Di luar dugaan, mereka malah di angkat anak oleh baginda raja.
Beberapa waktu berlalu, rakyat Seru le hidup makmur, aman, dan sentosa. Hal ini di­karenakan oleh kesaktian kedua anak tersebut. Kemakmuran rakyat Serule itu mem buat Raja Linge iri dan gusar, se hing ga meng ancam akan membunuh kedua anak ter sebut. Malang bagi Muria, ia ber hasil di bunuh dan di makamkan di tepi Sungai Samarkilang, Aceh Tenggara.
Pada suatu saat, raja-raja kecil ber kumpul di istana Sultan Aceh di Kutaraja. Raja-raja kecil itu mempersembahkan cap usur, semacam upeti kepada Sultan Aceh. Saat itu, Cik Serule datang bersama Sangede. Saat itu, Raja Linge juga hadir. Saat Raja Serule masuk ke istana, Sangede menung gu di halaman istana.
Sambil menunggu ayah angkatnya, Sa ngede menggambar seekor gajah yang ber warna putih. Rupanya lukisan Sangede ini menarik perhatian Putri Sultan yang ke mu di an meminta Sultan mencarikan se ekor ga jah putih seperti yang digambar oleh Sangede.
Sangede kemudian menceritakan bah wa gajah putih itu berada di daerah Gayo, pa dahal dia sebenarnya belum per nah me lihatnya. Maka, saat itu juga Sultan me me rintahkan Raja Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih tersebut gu na dipersembahkan kepada Sultan. Raja Se ru le dan Raja Linge benar-benar kebi ngu ng an, bagaimana mungkin mencari se suatu yang belum pernah dilihatnya.
Sangede menyesal karena bercerita bahwa gajah putih itu ada di Gayo hingga ayah angkatnya mendapat tugas mencari nya. Dalam kebingungan itu, suatu malam Sangede bermimpi bertemu dengan Muria yang memberitahu bahwa gajah putih itu berada di Samarkilang, dan sebenarnya ga jah putih itu adalah dirinya yang menjel ma saat dibunuh oleh Raja Linge.
Pagi harinya, Sangede dan Raja Seru le yang bergelar Muyang Kaya pergi ke Sa mar kilang seperti perintah dalam mimpi Sangede. Benar juga, setelah beberapa sa at mencari, mereka berdua menemukan ga jah putih itu sedang berkubang di ping gir an sungai.
Sangede dan Raja Serule Muyang Kaya kemudian dengan hati-hati mengena kan tali di tubuh gajah yang nampak pe nurut itu. Tetapi saat akan dihela, gajah pu tih itu lari sekuat tenaga. Raja Serule dan Sa ngede tak mampu menahannya. Mereka ha nya bisa mengejarnya hingga suatu saat ga j ah itu berhenti di dekat kuburan Muria di Samarkilang.
Anehnya, gajah putih itu berhenti se perti sebongkah batu. Tak bergerak sedikit pun meski Sangede dan Raja Serule men coba menghelanya. Berbagai cara dicoba oleh Sangede agar gajah putih itu mau beranjak dan menuruti perintahnya untuk diajak pergi ke istana Kutaraja. Tetapi, se mua nya sia-sia.
Sangede kehabisan akal. Akhirnya, dia bernyanyi-nyanyi untuk menarik perhatian gajah putih. Sambil bernyanyi, Sangede meliuk-liukkan tubuhnya. Raja Serule ikut-ikutan menari bersama Sangede di depan gajah putih agar mau bangkit dan menuruti perintahnya. Di luar dugaan, gajah putih itu ter tarik juga oleh gerakan-gerakan Sa nge de, dan kemudian bangkit. Sangede te rus menari sambil berjalan agar gajah itu meng ikuti langkahnya. Akhirnya, gajah itu pun meng ikuti Sangede yang terus menari hingga ke istana. Tarian itu disebutnya tari an Guel hingga sekarang.
Sangede menyadari bahwa sesuatu ajakan kepada seseorang atau kepada binatang tidaklah harus dengan cara yang kasar. Dengan sebuah tarian pun akhirnya gajah putih itu menuruti ajakannya.

0 komentar on " "

Posting Komentar

 

Dessy Sri Rahayu Arifin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea